Aku pernah melihat
awan yang berarak membentuk barisan, bagaikan rangkaian pegunungan menjulang
tinggi di segala sisi, misterius, mencekam, menakutkan. Aku juga pernah melihat
awan yang menyerupai ular naga, kapal udara, tatapan sepasang mata, ataupun
jamur raksasa. Aku suka memperhatikan, bahwa awan-awan seakan di perintah Tuhan untuk
meniru wujud rupa benda nyata. Tuhan tahu persis cara menghibur manusia, atau
cara menunjukkan kuasanya dengan menyusun awan sedemikian rupa.
Bagiku, awan seperti
sekelompok benda mistis yang entah bagaimanapun itu, selalu menarik
perhatianku. Tinggi menjulang, berkelompok-kelompok, berkabut seperti hantu,
putih bersih seperti salju atau seperti terbuat dari campuran kapas cat tembok, kapur tulis, dan rambut putih.
Hari ini tidak
terlalu cerah, namun begitu berawan hingga teduh terasa di daratan. Aku melihat
sebuah formasi awan yang membentuk sebuah rumah kecil. Rumah yang lengkap
dengan pintu, jendela, bahkan atap yang menaungi. Karena sebuah rumah takkan
terasa lengkap tanpa atap, pelindung dari panas dan hujan.
Tapi apa
mungkin rumah awan kehujanan ?
Bukankah awan sendirilah yang menurunkan
hujan. Apakah diatas awan masih ada awan lainnya, hingga hujan bisa jatuh tepat
di atas rumah mungil yang terbuat dari awan ?. Apa mungkin rumah yang terbuat
dari awan bisa kehujanan oleh air hujan yang diturunkan awan ?.
Kemudian ibu memanggilku dari dalam rumah..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar