Sejak dulu ibu selalu bilang kalau di bulan ada kucing... dan aku percaya..

Sabtu, 15 Desember 2012

Rumah awan..


  Aku pernah melihat awan yang berarak membentuk barisan, bagaikan rangkaian pegunungan menjulang tinggi di segala sisi, misterius, mencekam, menakutkan. Aku juga pernah melihat awan yang menyerupai ular naga, kapal udara, tatapan sepasang mata, ataupun jamur raksasa. Aku suka memperhatikan, bahwa awan-awan seakan di perintah Tuhan untuk meniru wujud rupa benda nyata. Tuhan tahu persis cara menghibur manusia, atau cara menunjukkan kuasanya dengan menyusun awan sedemikian rupa.

  Bagiku, awan seperti sekelompok benda mistis yang entah bagaimanapun itu, selalu menarik perhatianku. Tinggi menjulang, berkelompok-kelompok, berkabut seperti hantu, putih bersih seperti salju atau seperti terbuat dari campuran kapas cat tembok, kapur tulis, dan rambut putih.

  Hari ini tidak terlalu cerah, namun begitu berawan hingga teduh terasa di daratan. Aku melihat sebuah formasi awan yang membentuk sebuah rumah kecil. Rumah yang lengkap dengan pintu, jendela, bahkan atap yang menaungi. Karena sebuah rumah takkan terasa lengkap tanpa atap, pelindung dari panas dan hujan. 

  Tapi apa mungkin rumah awan kehujanan ?

   Bukankah awan sendirilah yang menurunkan hujan. Apakah diatas awan masih ada awan lainnya, hingga hujan bisa jatuh tepat di atas rumah mungil yang terbuat dari awan ?. Apa mungkin rumah yang terbuat dari awan bisa kehujanan oleh air hujan yang diturunkan awan ?. 

Kemudian ibu memanggilku dari dalam rumah..

“Ayo masuk nak, mau hujan.. !”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar