Sejak dulu ibu selalu bilang kalau di bulan ada kucing... dan aku percaya..

Selasa, 25 Desember 2012

Di observatorium Boscha..


Di observatorium Boscha.. Bandung..
Aku melihat orang-orang yang penasaran..
Orang-orang yang amat sangat ingin terbang..
Orang-orang yang penasaran akan isi selaput ruang..
Jauh dari bumi tempatnya tertanam..

Jagad yang begitu raya..

Sosok-sosok mengawang, yang mencoba menangkap nyata..
Manjelajah ranah benda-benda langit..
Yang mustahil dilakukan sebelum tercipta teleskop sebagai perpanjangan mata..
Mata-mata penasaran memerah, mengintip begitu lama..
Terlalu lama, terlalu merah..

Tubuh tertanam di bumi, mereka bersituasi, Berkeras hati..
Menolak menyerah menjelajah..

Mereka yang ingin kagum pada Tuhan-nya..

Selasa, 18 Desember 2012

Saat tengah malam seperti ini...


Saat tengah malam seperti ini, dan aku belum memutuskan untuk tidur..
Pikiranku menjadi begitu sibuk, aku menjadi begitu pemikir..
Aku jadi terpikir apa yang tidak pernah terpikir di siang hari..

Saat tengah malam seperti ini, aku bisa mengenali sepi yang menyamar  menjadi bentuk apapun..
Aku dapat merasakan sunyi yang menyusup dari arah manapun..

Saat tengah malam seperti ini, aku jadi bisa mendengar lebih jelas..
Kadang aku sengaja membiarkan jendela terbuka agar dapat mendengar apa yang terjadi di luar..
Sekedar menangkap suara hujan, atau menikmati suara gerutu, entah gerutu siapa..

Aku bisa mendengar doa..
Aku bisa membaca pertanda..
Suara orang-orang yang berbicara sambil tidur, aku sangat suka..
Mereka mengatakan hal-hal yang luar biasa begitu jujur dan apa adanya..
Pokoknya aku suka..

Saat tengah malam seperti ini, begitu kosong  gelas akan diisi kopi kembali..
Lalu mataku  jadi makin awas melihat sepi..
Dan pendengaranku  jadi makin tajam menangkap sunyi..


Minggu, 16 Desember 2012

Saat seseorang dijemput..

  Banyak yang bilang, saat seseorang akan segera menemui ajalnya, Tuhan memberitahu dengan berbagai cara. Ada yang diberikan firasat langsung, baik dirasakan oleh dirinya sendiri, ataupun orang-orang terdekatnya. Saat malaikat maut diberi tanda untuk mencabut nyawa manusia oleh Tuhannya, sejak berhari-hari sebelum hari yang ditentukan, mungkin ada kejadian yang entah disengaja atau tidak, memberikan pertanda.

  Ada juga yang mengatakan, bahwa sesaat sebelum meninggal, orang akan diemput oleh keluarga mereka yang sudah lebih dahulu meninggal. Entah Ibu, Ayah, Kakak, Adik, Atau anak mereka.

 Aku ingat saat-saat sebelum kakekku meninggal..

  Kakek bilang akan ada yang datang, tamu-tamu mau datang dari jauh. Nenek menyiapkan makanan seadanya untuk menyambut tamu yang dimaksud. Tapi hingga hari beranjak gelap, tamu yang dimaksud tidak kunjung datang, Nenek memutuskan akan segera tidur, tapi Kakek berkeras tidak ingin tidur dulu, barangkali saja tamunya datang. Kakek memutuskan menunggu sambil menonton televisi, nenek menemani sambil mengantuk, malam semakin larut.

  Nyaris pukul sebelas malam, diantara kantuk, Nenek mendengar suara kakek bicara, "itu, tamunya datang". Sambil menatap ke arah pintu kamar yang masih tertutup. Nenek tidak melihat siapapun yang datang, dan bahkan tidak ada yang mengetuk pintu kamar. Kakek lalu tersenyum sambil tetap memandang ke arah pintu kamar yang tertutup, lalu lama-kelamaan matanya semakin meredup, dan akhirnya sepenuhnya menutup, tapi beliau masih tersenyum.

  Kakek meninggal malam itu, dengan tenang setelah dijemput oleh sesuatu yang tak nampak oleh mata Nenek. Namun Nenek selalu percaya apa yang dikatakan Kakek. Nenek percaya malam itu Kakek dijemput oleh keluarganya yang telah terlebih dahulu meninggal. Entah siapa, namun pasti sangat berarti dalam hidup Kakek dahulu, karena kakek tersenyum saat seseorang itu datang.


Sabtu, 15 Desember 2012

Rumah awan..


  Aku pernah melihat awan yang berarak membentuk barisan, bagaikan rangkaian pegunungan menjulang tinggi di segala sisi, misterius, mencekam, menakutkan. Aku juga pernah melihat awan yang menyerupai ular naga, kapal udara, tatapan sepasang mata, ataupun jamur raksasa. Aku suka memperhatikan, bahwa awan-awan seakan di perintah Tuhan untuk meniru wujud rupa benda nyata. Tuhan tahu persis cara menghibur manusia, atau cara menunjukkan kuasanya dengan menyusun awan sedemikian rupa.

  Bagiku, awan seperti sekelompok benda mistis yang entah bagaimanapun itu, selalu menarik perhatianku. Tinggi menjulang, berkelompok-kelompok, berkabut seperti hantu, putih bersih seperti salju atau seperti terbuat dari campuran kapas cat tembok, kapur tulis, dan rambut putih.

  Hari ini tidak terlalu cerah, namun begitu berawan hingga teduh terasa di daratan. Aku melihat sebuah formasi awan yang membentuk sebuah rumah kecil. Rumah yang lengkap dengan pintu, jendela, bahkan atap yang menaungi. Karena sebuah rumah takkan terasa lengkap tanpa atap, pelindung dari panas dan hujan. 

  Tapi apa mungkin rumah awan kehujanan ?

   Bukankah awan sendirilah yang menurunkan hujan. Apakah diatas awan masih ada awan lainnya, hingga hujan bisa jatuh tepat di atas rumah mungil yang terbuat dari awan ?. Apa mungkin rumah yang terbuat dari awan bisa kehujanan oleh air hujan yang diturunkan awan ?. 

Kemudian ibu memanggilku dari dalam rumah..

“Ayo masuk nak, mau hujan.. !”



Kamis, 13 Desember 2012

Satu kelokan ke kiri dari jalan banceuy..


Aku paling suka sore sesaat sehabis hujan di kota Bandung..
Orang-orang tampak lucu, berjalan-jalan di trotoar dengan tangan masuk ke saku..
Tidak ada sore sehabis hujan yang senyaman di kota Bandung..

Setiap melewati jalan banceuy ke arah naripan, aku pasti belok ke kiri..
Lalu memasuki sebuah jalan yang tak tersentuh waktu..
Di sana waktu tidak ikut berjalan..
Di sana waktu berhenti berdetak..

Di jalan Braga ada lorong waktu..
Gedung, toko-toko, trotoar dan jalanan, etalase, begitu nyaman dilihat..
Bagai dibingkai pigura raksasa tak kasat mata..
Pelukis-pelukis jalanan masih melukis dengan kuas sederhananya..

Bandung tidak akan pernah sama walau sejak dulu selalu menjadi Bandung yang kita kenal..
Orang-orang harus berubah saat Bandung berubah..
Semuanya berubah, kecuali jalan braga..

Seperti menemui jalan pintas menuju masa lalu..
Satu kelokan ke kiri dari jalan banceuy..




Selasa, 11 Desember 2012

Diculik segumpal awan..


  Tiga belas orang pendaki, baru saja tiba di pos pendakian terakhir, hanya sekitar empat kilometer dari puncak gunung. Setelah beristirahat sejenak, karena terlalu bersemangat, dan karena waktu hampir sore, sebelas diantara mereka memutuskan untuk segera meneruskan pendakian. Berharap bisa segera menaklukan puncak dan mendirikan tenda sebelum gelap. Meninggalkan dua rekan lainnya yang terlihat masih kelelahan, dan memutuskan beristirahat lebih lama di pos pendakian.

  Sebelas pria muda pemberani bergerak maju, diiringi tatapan dua rekan mereka yang menjaga di pos pendakian. 

  Belakangan diketahui, bahwa sebelas pria muda pemberani itu tidak pernah kembali lagi ke pos penjagaan mereka. Tak ada lagi jejak keberadaan mereka sejak mereka memutuskan untuk meneruskan pendakian.

  Polisi dan tim SAR yang melakukan pencarian tidak menemukan tanda ataupun jejak keberadaan mereka. Hingga hari pencarian terakhir, tidak ada juga titik terang, dan mereka semua dinyatakan hilang.

  Dua rekan mereka yang tidak ikut mendaki, memberi kesaksian bahwa pada hari itu mereka melihat segumpal awan tebal, tampak seperti benda padat berbentuk seperti jamur raksasa bergelayut di jalur pendakian yang sebelas rekannya lewati. Awan itu tampak semakin mendekat, sehingga akhirnya tidak ada jarak lagi antara awan dengan permukaan gunung. Setelah rombongan para pendaki itu masuk ke dalam awan, awan itu kemudian naik, dan tak ada satupun dari sebelas rekannya yang tertinggal.
  Sebelas rekan mereka diculik segumpal awan. 

  Atau mungkin saja mereka masih dalam perjalanan mereka, beriringan menuju suatu tempat yang tak kasat mata, yang tak terlihat oleh mata manusia, kepuncak yang jauh lebih tinggi dari puncak yang mereka tuju sebelumnya.