Ada kucing di bulan...
Senin, 11 Maret 2013
Ingin menyamar menjadi tahi lalat di wajah Ibu
Malam kemarin, belum 24 jam dari saat ini..
Tengah malam sekali, Ibu membangunkanku tiba-tiba.
"bangun-bangun, ayo bantu ibu"..
"Anak Ibu yang lain sedang kesulitan, ayo bantu jangan tidur"..
Wajah ibu tampak khawatir, Ibu butuh bantuan..
Yang kuingat tahi lalat di wajahya, di kelopak matanya..
Anak Ibu yang lain sedang kesulitan, aku anak Ibu, aku harus membantu..
Tahi lalat di kelopak mata Ibuku, ingin aku bertukar tempat denganya..
Bermukim di wajah Ibu, selamanya...
Senin, 07 Januari 2013
Seorang gadis tinggal di sepatuku
Kamu pasti tidak tahu..
Setiap malam aku mendengar ketukan-ketukan dari bawah
tangga..
Tempat aku menyimpan sepasang sepatu hitam usang..
Kamu pasti tidak tahu..
Setiap malam aku mendengar tangisan, dari arah sepasang
sapatu di bawah tangga..
Dimana aku merekam ribuan langkah..
Menjejak ribuan peristiwa..
Kamu pasti tidak tahu..
Tangis lirih yang terdengar dari arah sepasang sepatu..
Lirih, merintihkan rindu..
Seorang gadis tinggal disepatuku..
Entah sudah sejak kapan..
Aku juga tidak tahu..
Selasa, 25 Desember 2012
Di observatorium Boscha..
Di observatorium Boscha.. Bandung..
Aku melihat orang-orang yang penasaran..
Orang-orang yang amat sangat ingin terbang..
Orang-orang yang penasaran akan isi selaput ruang..
Jauh dari bumi tempatnya tertanam..
Jagad yang begitu raya..
Sosok-sosok mengawang, yang mencoba menangkap nyata..
Manjelajah ranah benda-benda langit..
Yang mustahil dilakukan sebelum tercipta teleskop sebagai
perpanjangan mata..
Mata-mata penasaran memerah, mengintip begitu lama..
Terlalu lama, terlalu merah..
Tubuh tertanam di bumi, mereka bersituasi, Berkeras hati..
Menolak menyerah menjelajah..
Mereka yang ingin kagum pada Tuhan-nya..
Selasa, 18 Desember 2012
Saat tengah malam seperti ini...
Saat tengah malam seperti ini, dan aku belum memutuskan
untuk tidur..
Pikiranku menjadi begitu sibuk, aku menjadi begitu pemikir..
Aku jadi terpikir apa yang tidak pernah terpikir di siang
hari..
Saat tengah malam seperti ini, aku bisa mengenali sepi yang
menyamar menjadi bentuk apapun..
Aku dapat merasakan sunyi yang menyusup dari arah manapun..
Saat tengah malam seperti ini, aku jadi bisa mendengar lebih
jelas..
Kadang aku sengaja membiarkan jendela terbuka agar dapat
mendengar apa yang terjadi di luar..
Sekedar menangkap suara hujan, atau menikmati suara gerutu,
entah gerutu siapa..
Aku bisa mendengar doa..
Aku bisa membaca pertanda..
Suara orang-orang yang berbicara sambil tidur, aku sangat suka..
Mereka mengatakan hal-hal yang luar biasa begitu jujur dan
apa adanya..
Pokoknya aku suka..
Saat tengah malam seperti ini, begitu kosong gelas akan diisi kopi kembali..
Lalu mataku jadi
makin awas melihat sepi..
Dan pendengaranku jadi makin tajam menangkap sunyi..
Minggu, 16 Desember 2012
Saat seseorang dijemput..
Banyak yang bilang, saat seseorang akan segera menemui ajalnya, Tuhan memberitahu dengan berbagai cara. Ada yang diberikan firasat langsung, baik dirasakan oleh dirinya sendiri, ataupun orang-orang terdekatnya. Saat malaikat maut diberi tanda untuk mencabut nyawa manusia oleh Tuhannya, sejak berhari-hari sebelum hari yang ditentukan, mungkin ada kejadian yang entah disengaja atau tidak, memberikan pertanda.
Ada juga yang mengatakan, bahwa sesaat sebelum meninggal, orang akan diemput oleh keluarga mereka yang sudah lebih dahulu meninggal. Entah Ibu, Ayah, Kakak, Adik, Atau anak mereka.
Aku ingat saat-saat sebelum kakekku meninggal..
Kakek bilang akan ada yang datang, tamu-tamu mau datang dari jauh. Nenek menyiapkan makanan seadanya untuk menyambut tamu yang dimaksud. Tapi hingga hari beranjak gelap, tamu yang dimaksud tidak kunjung datang, Nenek memutuskan akan segera tidur, tapi Kakek berkeras tidak ingin tidur dulu, barangkali saja tamunya datang. Kakek memutuskan menunggu sambil menonton televisi, nenek menemani sambil mengantuk, malam semakin larut.
Nyaris pukul sebelas malam, diantara kantuk, Nenek mendengar suara kakek bicara, "itu, tamunya datang". Sambil menatap ke arah pintu kamar yang masih tertutup. Nenek tidak melihat siapapun yang datang, dan bahkan tidak ada yang mengetuk pintu kamar. Kakek lalu tersenyum sambil tetap memandang ke arah pintu kamar yang tertutup, lalu lama-kelamaan matanya semakin meredup, dan akhirnya sepenuhnya menutup, tapi beliau masih tersenyum.
Kakek meninggal malam itu, dengan tenang setelah dijemput oleh sesuatu yang tak nampak oleh mata Nenek. Namun Nenek selalu percaya apa yang dikatakan Kakek. Nenek percaya malam itu Kakek dijemput oleh keluarganya yang telah terlebih dahulu meninggal. Entah siapa, namun pasti sangat berarti dalam hidup Kakek dahulu, karena kakek tersenyum saat seseorang itu datang.
Ada juga yang mengatakan, bahwa sesaat sebelum meninggal, orang akan diemput oleh keluarga mereka yang sudah lebih dahulu meninggal. Entah Ibu, Ayah, Kakak, Adik, Atau anak mereka.
Aku ingat saat-saat sebelum kakekku meninggal..
Kakek bilang akan ada yang datang, tamu-tamu mau datang dari jauh. Nenek menyiapkan makanan seadanya untuk menyambut tamu yang dimaksud. Tapi hingga hari beranjak gelap, tamu yang dimaksud tidak kunjung datang, Nenek memutuskan akan segera tidur, tapi Kakek berkeras tidak ingin tidur dulu, barangkali saja tamunya datang. Kakek memutuskan menunggu sambil menonton televisi, nenek menemani sambil mengantuk, malam semakin larut.
Nyaris pukul sebelas malam, diantara kantuk, Nenek mendengar suara kakek bicara, "itu, tamunya datang". Sambil menatap ke arah pintu kamar yang masih tertutup. Nenek tidak melihat siapapun yang datang, dan bahkan tidak ada yang mengetuk pintu kamar. Kakek lalu tersenyum sambil tetap memandang ke arah pintu kamar yang tertutup, lalu lama-kelamaan matanya semakin meredup, dan akhirnya sepenuhnya menutup, tapi beliau masih tersenyum.
Kakek meninggal malam itu, dengan tenang setelah dijemput oleh sesuatu yang tak nampak oleh mata Nenek. Namun Nenek selalu percaya apa yang dikatakan Kakek. Nenek percaya malam itu Kakek dijemput oleh keluarganya yang telah terlebih dahulu meninggal. Entah siapa, namun pasti sangat berarti dalam hidup Kakek dahulu, karena kakek tersenyum saat seseorang itu datang.
Sabtu, 15 Desember 2012
Rumah awan..
Aku pernah melihat
awan yang berarak membentuk barisan, bagaikan rangkaian pegunungan menjulang
tinggi di segala sisi, misterius, mencekam, menakutkan. Aku juga pernah melihat
awan yang menyerupai ular naga, kapal udara, tatapan sepasang mata, ataupun
jamur raksasa. Aku suka memperhatikan, bahwa awan-awan seakan di perintah Tuhan untuk
meniru wujud rupa benda nyata. Tuhan tahu persis cara menghibur manusia, atau
cara menunjukkan kuasanya dengan menyusun awan sedemikian rupa.
Bagiku, awan seperti
sekelompok benda mistis yang entah bagaimanapun itu, selalu menarik
perhatianku. Tinggi menjulang, berkelompok-kelompok, berkabut seperti hantu,
putih bersih seperti salju atau seperti terbuat dari campuran kapas cat tembok, kapur tulis, dan rambut putih.
Hari ini tidak
terlalu cerah, namun begitu berawan hingga teduh terasa di daratan. Aku melihat
sebuah formasi awan yang membentuk sebuah rumah kecil. Rumah yang lengkap
dengan pintu, jendela, bahkan atap yang menaungi. Karena sebuah rumah takkan
terasa lengkap tanpa atap, pelindung dari panas dan hujan.
Tapi apa
mungkin rumah awan kehujanan ?
Bukankah awan sendirilah yang menurunkan
hujan. Apakah diatas awan masih ada awan lainnya, hingga hujan bisa jatuh tepat
di atas rumah mungil yang terbuat dari awan ?. Apa mungkin rumah yang terbuat
dari awan bisa kehujanan oleh air hujan yang diturunkan awan ?.
Kemudian ibu memanggilku dari dalam rumah..
Kamis, 13 Desember 2012
Satu kelokan ke kiri dari jalan banceuy..
Aku paling suka sore sesaat sehabis hujan di kota Bandung..
Orang-orang tampak lucu, berjalan-jalan di trotoar dengan
tangan masuk ke saku..
Tidak ada sore sehabis hujan yang senyaman di kota Bandung..
Setiap melewati jalan banceuy ke arah naripan, aku pasti
belok ke kiri..
Lalu memasuki sebuah jalan yang tak tersentuh waktu..
Di sana waktu tidak ikut berjalan..
Di sana waktu berhenti berdetak..
Di jalan Braga ada lorong waktu..
Gedung, toko-toko, trotoar dan jalanan, etalase, begitu nyaman
dilihat..
Bagai dibingkai pigura raksasa tak kasat mata..
Pelukis-pelukis jalanan masih melukis dengan kuas
sederhananya..
Bandung tidak akan pernah sama walau sejak dulu selalu
menjadi Bandung yang kita kenal..
Orang-orang harus berubah saat Bandung berubah..
Semuanya berubah, kecuali jalan braga..
Seperti menemui jalan pintas menuju masa lalu..
Satu kelokan ke kiri dari jalan banceuy..
Langganan:
Postingan (Atom)