Sejak dulu ibu selalu bilang kalau di bulan ada kucing... dan aku percaya..

Selasa, 27 November 2012

Tetanggaku bukan orang.

 Aku punya beberapa tetangga, di lingkungan rumahku yang mengharuskan setiap penghuni rumah memiliki tetangga. Tidak bisa tidak, karena rumah-rumah di lingkungan kami saling berdekatan satu sama lainnya. Bagiku itu lebih baik daripada tidak punya tetangga sama sekali.

 Tetangga rumah yang sebelah kiri pernah berkata padaku bahwa ia sering melihat hantu, hantu pencuri jiwa yang gemar menggotong-gotong mayat kemanapun ia pergi. Hantu yang selalu diikuti hantu lain yang lebih kecil, mungkin itu anaknya atau adiknya, entahlah. Katanya, hantu yang lebih kecil punya banyak telinga, dan kedua tangannya masing-masing memegang payung. Tangan kanannya memegang payung berwarna merah, penuh gambar, sedangkan tangan kirinya memegang payung hitam yang tidak ada gambarnya samasekali. 

  Tetangga rumah yang sebelah kanan pernah berkata padaku bahwa di halaman rumahku, tepatnya dibawah pohon rambutan, ada kuburan cermin. Dia bilang, dulu ada seseorang yang menitipkan sebagian jiwanya dalam cermin, dan karena satu dan lain hal, ia tak sengaja memecahkan cermin tempat sebagian jiwanya dititipkan. Karena sebagian jiwanya telah hilang bersama cermin, dia sudah bukan manusia utuh lagi, barangkali setengah manusia.

 Tetangga rumah yang rumahnya berhadapan denganku pernah berkata padaku, bahwa tetanggaku yang sebelah kanan dan tetanggaku yang sebelah kiri sebenarnya adalah saudara kembar. Yang lahir dari rahim ibu yang berbada, dan ayah yang juga berbeda. Katanya dulu ada dewa dari langit yang sibuk mencari rahim wanita, yang akan dengan sukarela mengandung putri kembarnya yang saat itu masih di dalam kandungan istri sang dewa yang sedang sekarat. Dan ada dua wanita yang menyanggupi permintaan tersebut, hanya saja karena tidak dapat memutusakan mana yang lebih pantas, sang dewa lalu memberikan masing-masing satu janin dalam rahim kedua wanita itu. 

 Tetangga rumah yang rumahnya kubelakangi tidak pernah berkata apa-apa. Banyak yang bilang, pita suaranya tertelan dirinya sendiri, tertelan saat sedang makan siang, tertelan karena makan dengan terburu-buru, atau mungkin tertelan karena lupa minum. Pita suaranya kini ada di dalam perutnya, karena itu ia mungkin mahir berbicara suara perut, tapi aku tidak pernah sekalipun mendengar ia bicara, tidak dengan perut, tidak juga dengan mulut.

  Aku sendiri tidak pernah berkata apapun pada tetangga manapun, aku hanya mendengar cerita-cerita mereka saja, aku hanya mau berkata pada diriku sendiri, karena hanya diriku sendiri yang aku percayai...

 Tetanggaku semua bukan orang...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar